Psikologi Kejahatan: Mengapa Seseorang Melakukan Tindakan Kriminal?
Psikologi kejahatan, atau psikologi kriminal, adalah bidang studi yang berusaha memahami pikiran, perasaan, dan perilaku yang mendasari tindakan kriminal. Alih-alih hanya berfokus pada aspek hukum atau sosiologis, psikologi mendalami faktor-faktor internal individu yang mungkin berkontribusi pada perilaku melanggar hukum. Memahami mengapa seseorang melakukan tindakan kriminal adalah langkah penting dalam upaya pencegahan dan rehabilitasi. Artikel ini akan mengupas beberapa faktor psikologis utama yang mendasari perilaku kriminal.
Salah satu perspektif psikologis yang penting adalah teori perkembangan moral. Teori ini menyatakan bahwa individu melewati tahapan perkembangan moral yang berbeda. Seseorang yang terjebak pada tahapan perkembangan moral yang lebih rendah mungkin lebih cenderung melakukan tindakan kriminal karena kurangnya pemahaman atau internalisasi nilai-nilai moral dan hukum yang berlaku di masyarakat. Mereka mungkin hanya mempertimbangkan konsekuensi langsung bagi diri sendiri, tanpa memahami dampak perbuatan mereka terhadap orang lain atau masyarakat secara luas.
Faktor kepribadian juga memainkan peran signifikan dalam psikologi kejahatan. Beberapa ciri kepribadian, seperti impulsivitas, kurangnya empati, kecenderungan mengambil risiko, dan kesulitan mengendalikan amarah, seringkali dikaitkan dengan perilaku kriminal. Gangguan kepribadian antisosial, yang ditandai dengan kurangnya rasa bersalah, manipulasi, dan pelanggaran norma sosial, merupakan contoh ekstrem dari bagaimana aspek kepribadian dapat berkontribusi pada tindakan kriminal.
Pengalaman traumatis di masa kecil juga dapat menjadi faktor risiko penting. Kekerasan fisik atau emosional, penelantaran, atau menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga dapat meninggalkan luka psikologis yang mendalam. Trauma ini dapat memengaruhi perkembangan emosional dan sosial seseorang, meningkatkan kemungkinan terlibat dalam perilaku agresif atau tindakan kriminal di kemudian hari sebagai mekanisme koping yang maladaptif.
Selain itu, faktor kognitif atau cara berpikir juga berperan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelaku tindakan kriminal mungkin memiliki pola pikir yang terdistorsi atau “kesalahan berpikir”. Mereka mungkin cenderung merasionalisasi perilaku mereka, menyalahkan orang lain, atau memiliki pandangan yang negatif dan sinis terhadap dunia. Pola pikir ini dapat membenarkan tindakan kriminal di benak mereka dan mengurangi rasa bersalah.