Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 lalu masih menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak, terutama keluarga korban. Stadion yang seharusnya menjadi saksi gembira suporter Arema di Kanjuruhan, justru berubah menjadi kuburan massal. Hingga kini, jeritan hati keluarga korban terus menggema. Mereka menuntut keadilan yang tak kunjung paripurna.

Lebih dari seratus nyawa melayang dalam peristiwa kelam itu. Mereka adalah suporter, pendukung setia tim Arema FC, yang datang untuk menyaksikan pertandingan di Kanjuruhan. Namun, gas air mata dan penumpukan massa di pintu keluar mengubah segalanya. Tragedi ini menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah sepak bola dunia.

Sejak saat itu, keluarga korban tak henti berjuang. Mereka membentuk berbagai gerakan, menyuarakan tuntutan agar pihak yang bertanggung jawab diadili seadil-adilnya. Proses hukum yang berjalan dianggap lamban dan belum sepenuhnya memuaskan. Rasa kecewa dan frustrasi jelas terlihat di wajah mereka.

Tuntutan utama keluarga adalah pengusutan tuntas. Mereka ingin mengetahui siapa saja yang benar-benar bersalah. Mereka juga menginginkan pertanggungjawaban yang setimpal. Tidak hanya dari pihak pelaksana pertandingan, tetapi juga aparat keamanan yang terlibat dalam penggunaan gas air mata.

Rasa keadilan bagi para korban dan keluarga adalah hal fundamental. Ini bukan hanya soal hukuman, melainkan juga pengakuan. Pengakuan bahwa nyawa anak, saudara, dan orang tua mereka tidak hilang sia-sia. Bahwa kebenaran akan terungkap dan keadilan akan ditegakkan.

Meski waktu terus berjalan, semangat perjuangan keluarga korban tidak pernah padam. Mereka terus aktif menyuarakan aspirasi di berbagai platform. Dukungan dari masyarakat luas dan organisasi HAM juga menguatkan langkah mereka. Solidaritas ini sangat penting dalam menghadapi tantangan hukum.

Tragedi Kanjuruhan adalah pengingat pahit. Bahwa keselamatan penonton adalah prioritas utama dalam setiap event olahraga. Regulasi harus ditegakkan dengan tegas. Aparat keamanan harus profesional dalam menjalankan tugas. Ini agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan.

Jeritan hati keluarga korban Kanjuruhan harus terus didengar. Keadilan adalah hak mereka. Negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa tragedi ini tidak menjadi catatan kelam tanpa penyelesaian tuntas. Mari bersama-sama kawal proses ini demi keadilan yang mereka dambakan.