Di balik setiap penyelidikan kriminal yang sukses, ada tim yang bekerja tanpa lelah menganalisis jejak-jejak yang ditinggalkan pelaku. Mereka adalah para Ahli Laboratorium di Unit Laboratorium Forensik (Labfor) Kepolisian, individu-individu dengan keahlian ilmiah mendalam yang mampu mengungkap kebenaran dari setiap detail barang bukti. Dari serat mikroskopis hingga pola sidik jari yang samar, kemampuan mereka untuk membaca dan menginterpretasikan “bahasa” bukti fisik adalah kunci dalam penegakan hukum.

Seorang Ahli Laboratorium kriminal di Labfor bukanlah sekadar seorang ilmuwan biasa. Mereka adalah spesialis yang terlatih untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip sains—kimia, biologi, fisika, informatika—dalam konteks hukum. Mereka memahami bagaimana bukti harus dikumpulkan, disimpan, dan dianalisis untuk menjaga integritasnya di pengadilan. Keahlian mereka sangat beragam, mencakup berbagai bidang:

  • Sidik Jari dan Dokumen: Mereka mampu mengangkat sidik jari laten dari berbagai permukaan, membandingkannya dengan database untuk identifikasi. Selain itu, mereka memeriksa keaslian dokumen, tulisan tangan, tanda tangan, dan mendeteksi pemalsuan.
  • Balistik: Ahli balistik menganalisis senjata api, peluru, dan selongsong. Mereka dapat mencocokkan proyektil dengan senjata api tertentu atau menentukan jarak tembak.
  • DNA dan Biologi: Di sinilah sampel darah, rambut, air liur, atau cairan tubuh lainnya dianalisis untuk mengidentifikasi profil DNA. Ini adalah salah satu metode identifikasi paling akurat dalam forensik.
  • Kimia dan Toksikologi: Mereka mengidentifikasi zat-zat tidak dikenal seperti narkotika, racun, residu bahan peledak, atau sisa pembakaran dalam kasus kebakaran.
  • Fisika Forensik: Menganalisis jejak ban atau alas kaki, kerusakan kendaraan dalam kecelakaan, hingga mencocokkan pecahan kaca.

Keberadaan Ahli Laboratorium ini sangat penting karena mereka memberikan bukti objektif. Mereka tidak terpengaruh oleh kesaksian saksi mata yang bisa saja bias atau ingatan yang kabur. Analisis mereka didasarkan pada data konkret dan metodologi ilmiah yang teruji. Contohnya, pada 10 Mei 2025, dalam kasus perampokan, tim ahli dari Bidlabfor Polda berhasil mengidentifikasi profil DNA yang tertinggal di sebuah pisau, yang kemudian cocok dengan data pelaku di database kepolisian. Dalam kejadian lain pada 25 April 2025, mereka mampu menganalisis residu pada sepatu tersangka, menghubungkannya dengan jenis tanah di lokasi kejadian.

Hasil dari analisis para Ahli Laboratorium ini dituangkan dalam laporan resmi yang disebut Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Laboratoris Kriminalistik. Laporan ini menjadi alat bukti vital yang digunakan oleh penyidik dan jaksa. Tak jarang, para ahli ini juga dipanggil untuk memberikan keterangan di persidangan, menjelaskan temuan ilmiah mereka kepada hakim dan juri. Keahlian mereka memastikan bahwa setiap bukti memiliki ‘suara’ di hadapan hukum, membantu mengungkap kebenaran dan menegakkan keadilan.